Aku Sayang Keluarga-ku
Tiap kali aku meng-alami masalah, tiap kali aku ingin ber-bagi sesuatu dan tiap kali aku ber-ada dalam situasi dimana aku ingin ber-cerita, ter-lebih lagi ketika aku sendiri, aku selalu ter-ingat akan keluarga-ku, abang-abang, kakak-kakak-ku yang ter-cinta minus Papa dan Mama yang udah duluan ninggalin dunia ini.
Yah, mereka-lah yang pertama sekali selalu siap ketika aku sedang mem-butuh-kan dukungan, mereka-lah yang akan selalu siap sedia meng-hibur-ku ketika aku sedang sedih, ter-tawa ber-sama-ku ketika aku sedang bahagia. Walau-pun dalam per-jalan-an panjang-ku dengan keluarga-ku, sering juga ter-jadi per-selisih-an, per-beda-an pendapat, saling memarahi. Dan tiap kali itu ter-jadi, aku tahu, dan kami menyadari ada ke-sedih-an jauh dalam hati kami.
Kami di-besar-kan oleh Papa dan Mama dengan dasar demokrasi, dimana tiap anak ber-hak mengemukakan pendapat-nya, dan ber-kata sesuai dengan apa yang ingin di-kata-kan-nya, tentu saja selain ke-wajib-an-ke-wajib-an kami yang juga harus kami lakukan sebelum kami meng-klaim hak kami. Ya, dan itu bagus sekali menurut-ku, dengan begitu, apa-pun dapat kita ungkap-kan dengan ke-terbuka-an dalam keluarga, meskipun di satu sisi aku dan kami juga menyadari ada efek samping dari hal itu, tidak ubah-nya seperti peta politik negeri ini, sering sekali ke-terbuka-an kami itu ber-ujung pada per-tengkar-an dan per-selisih-an.
Tapi ada satu yang membuat aku bangga dan membuat aku selalu men-cintai dan menyayangi keluarga-ku, yaitu prinsip dasar yang di-doktrin oleh Papa dan Mama kepada kami, yang adalah sebuah pepatah kuno di daerah kami (aku tidak tahu apa mungkin di daerah lain ada pepatah yang sama) yang kalau di-sebut-kan dalam bahasa daerah kami, maka bunyi-nya seperti ini:
No comments:
Post a Comment